Perkenalkan salah satu band asal Indonesia yang bisa menarik perhatian kalian tahun ini, Settle. Band alternatif asal pulau Bali ini memainkan musik yang mereka deskripsikan sebagai percikan kemarahan musik hardcore bertemu dengan musik kalem nan membius ala ambient. Pada tanggal 21 Januari 2017 lalu, band ini merilis EP debut yang mereka beri nama Unpleasant Feelings. Sebuah frasa yang merujuk kepada perasaan getir, cemas, dan kurang mengenakan yang memang merupakan perwujudan utama dari materi pembuka mereka. EP debut ini merupakan lanjutan dari lagu “Growing Up//Giving Up” yang mereka rilis pada bulan Juli 2016 lalu.

Saya mendapat kesempatan untuk berbicara langsung dengan salah satu personel mereka, Yudi Septian (bass) mengenai konsep album ini, sekaligus menagih jawaban dari pernyataan mereka mengenai konsep kepingan puzzle yang mereka bawakan. Menariknya, EP ini ibarat sebuah prolog dari cerita besar yang sudah mereka persiapkan sejak pembentukan band ini dimana mereka mengambil pendekatan cerita yang bersambung sebagai fondasi dasar dari lirik Settle. Kalian bisa mendengarkan lagu-lagu dari EP Unpleasant Feelings di bawah ini, simak juga pembicaraan saya dengan Yudi Septian mengenai Unpleasant Feelings berikut.

Settle Band Bali

Halo mas Yudi, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk berbincang dengan saya. Bisa diceritakan bagaimana konsep yang kalian tawarkan melalui EP ini?

Halo, konsep yang kami tawarkan dalam mini album ini secara garis besar adalah tentang perasaan tak menentu yang selalu mengganjal dalam perjalanan hidup dua insan manusia. Dimana lewat mini album Unpleasant Feelings, kami mencoba untuk menciptakan dua karakter fiksi yang nantinya akan ada dalam album penuh kami.

Ada dua figur sentral yang kalian bicarakan di sini? Bisa diberikan bocorannya?

Yap, tepat sekali, ada dua tokoh fiksi yang kami bicarakan dalam mini album ini. Salah satunya adalah seorang wanita bernama Ileana yang masih terjebak dengan bayang-bayang masa lalunya dan seorang pria berusia 21 tahun yang masih dilema dalam menentukan pilihan hidupnya serta selalu berpura-pura bahwa semuanya masih baik-baik saja (walaupun tidak). Maaf, kami belum bisa membeberkan nama tokoh fiksi pria yang ada dalam mini album ini karena nantinya nama tokoh pria itu akan muncul menjadi salah satu judul dalam album penuh kami. Ceritanya kami pengen jadi sok misterius dalam wawancara ini (tertawa).

Apa figur tersebut merupakan personifikasi dari seseorang di kehidupan nyata atau memang merupakan bentuk fantasi kalian?

Hanya fantasi semata sih (tertawa) Jadi ini semacam keinginan saya untuk menulis sesuatu di luar kebiasaan. Jika sebelumnya di Modern Guns dan juga Ice Cream Attack! saya selalu menulis sesuatu yang sangat personal berdasarkan dari apa yang saya lihat dan apa yang saya rasakan. Nah, untuk Settle saya ingin mencoba keluar dari kebiasaan tersebut dengan mencoba berimajinasi dalam menulis sebuah cerita.

Apa yang ingin kalian capai dengan pembentukan dua karakter ini? Ada apa dengan cerita dari masing-masing karakter?

Yang ingin kami capai sebenarnya lebih ke pengalaman baru dalam berkarya aja, karena di band ini kami ingin belajar untuk mengkonsepkan semuanya dengan matang. Jadi tidak hanya sekedar nge-band, bikin lagu, promo, dan manggung saja. Bagi kami ini semacam alter-ego dari apa yang belum bisa atau tidak bisa kami lakukan di band kami masing-masing.
Rasanya belum tepat waktunya bagi saya untuk membeberkan ada apa dengan cerita dari dua tokoh fiksi tersebut saat ini. Nanti ketika sudah sampai fase album, maka semua cerita akan lengkap dan akan kami jabarkan secara gamblang. Sok misterius lagi ceritanya (tertawa). Tapi kalau secara garis besar, cerita dalam mini album ini sudah saya jelaskan di pertanyaan sebelumnya tentang si Ileana dan juga si pria yang berusia 21 tahun.

Melihat dari lanskap yang lebih besar, seberapa signifikan peran karakter tersebut terhadap jalannya seluruh cerita yang kalian persiapkan?

Sangat signifikan, karena dua karakter ini adalah tokoh utama dari cerita-cerita yang tengah kami persiapkan untuk album penuh pertama kami. Jadi dua karakter ini nantinya memiliki peran yang sangat penting terhadap jalannya seluruh cerita yang ada.

Kenapa sejak awal Settle mengambil konsep story telling yang seperti ini? Bukankah story telling seperti ini, apalagi bersambung, membutuhkan komitmen yang tidak main-main?

Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, karena kami belum pernah membentuk band yang memiliki konsep seperti ini. Jadi intinya disini kami mencoba untuk mencari pengalaman dan sensasi baru dalam bermusik. Ciyeee sensasi (tertawa). Terus terang, kami cukup jenuh jika harus bermusik dengan pattern yang telah kami kerjakan dan kami jalani di band kami masing-masing. Namun bukan berarti kami jenuh untuk bermain dengan band kami masing-masih loh! (tertawa).
Memang sebuah komitmen dan kerja keras yang ekstra sangat dibutuhkan jika ingin mengambil konsep seperti ini, tapi selama kami bisa ngejalaninnya dengan senang hati dan tanpa beban, maka kami rasa semua akan berjalan dengan baik. Mengutip sedikit dari quote milik Ray Bradbury “Love what you do, and do what you love”. JIka kami memang benar-benar mencintai apa yang kami kerjakan, maka kami percaya semuanya akan baik-baik saja pada akhirnya. Terlepas bisa diterima atau tidak, itu urusan belakangan, yang penting cintai dulu apa yang kami kerjakan.

Berbicara mengenai proses kreasi, apa kalian membuat gambaran secara garis besarnya terlebih dahulu atau kalian menggunakan pendekatan snowball dalam menulis cerita ini?

Kalau untuk secara gambaran besar dari cerita-cerita tersebut memang sudah dibentuk dari awal kami memulai band ini. Namun metode snowball tetap dibutuhkan, kenapa? karena saya rasa tidak semua bisa mengerti dengan konsep cerita yang saya tulis dan apa ingin kami sampaikan lewat mini album ini ataupun album penuh yang akan kami rilis berikutnya.

Settle Bali

Bagaimana Settle memandang musik sebagai sebuah penceritaan atau storytelling

Bagi kami musik storytelling adalah sebuah cara yang luar biasa dalam menyalurkan imajinasi para pelakunya lewat musik. Karena kalau mau menilik lebih dalam lagi, para pelaku dari musik storytelling itu dituntut untuk mampu memberikan gambaran tentang dimensi dan warna hidup untuk karakter, situasi, pengalaman dan wawasan kedalam cerita yang mereka tuliskan ke dalam musik yang mereka mainkan dan itu adalah hal yang sulit. Karena memvisualisasikan sebuah tulisan ke dalam musik itu ternyata tidak segampang menikmatinya. (tertawa)

Apa ada penulis ataupun literatur yang secara langsung mempengaruhi proses pemilihan konsep EP ini?

Tidak ada sih, semua mengalir begitu saja tanpa mengambil referensi dari literatur atau dari diksi-diksi apapun. Kalau mau berbicara secara konsep, sebenarnya yang sangat mempengaruhi konsep keseluruhan dari cerita yang kami bangun justru bukan dari literatur atau diksi-diksi yang kami baca, melainkan dari film. Karena bisa dikatakan sebagian besar personel dari band ini adalah movie freaks dan juga manga freaks (tertawa). Intinya sih karena kami tidak tau cara bikin film atau bikin manga, jadi kami bikin musik saja. That’s all! (tertawa)

Kalian membicarakan tentang proses pencarian jati diri, menurut kalian seberapa penting berdamai dengan masa lalu?

Sangat penting! karena satu hal yang kami tau, jika seseorang tidak bisa berdamai masa lalunya, maka hidup mereka akan stuck di titik tersebut. Cobalah berdamai dengan masa lalu dan keluar untuk menghadapi cerita baru agar hidup bisa lebih bermakna.

Terima kasih mas Yudi atas pembicaran ini.

Yihaaaa, sama-sama mas.

 

*foto diambil dari dokumentasi pribadi Settle

About The Author

Martin K.Y

I'd love to talk mostly about music and pro wrestling, sometimes about anime and basketball, come talk.