Review: The Hotelier - Goodness
8.5Score

Merilis album ketiga seharusnya tidak mudah bagi The Hotelier, ekspektasi yang begitu tinggi terhadap mereka paska Home, Like Noplace Is There jelas mereka rasakan. Berangkat dari sebuah band yang hanya bermodalkan akun Bandcamp, band ini menjadi pujaan bagi kritikus musik bahkan mereka yang bergerak di jalur mayor sekalipun. Semua itu tentu bukan tanpa alasan, selama karir bermusik mereka, The Hotelier telah sukses menyematkan label jenius dalam penulisan lagu mereka. Lagu yang mereka tulis bukan hanya sekedar penggembira saja, lebih dari itu lagu mereka seperti mampu menembus kedalaman jiwa para pendengarnya karena kemampuan mereka dalam menghiasi lirik mereka dengan makna dan kata-kata puitis.

Ketika teaser dari album ini dirilis, Goodness dilambangkan oleh sebuah ketelanjangan. Saya sendiri sedikit terkejut ketika mereka memilih tema untuk lagu “Goodness Part 1”. Lagu ini langsung membuat saya membandingkannya dengan pembuka Home, Like Noplace Is There, “An Introduction To The Album”, sebuah lagu ballad yang manis. Namun, yang menarik perhatian saya bukan itu, di akhir video “Goodness Part 1”, kita dapat melihat sosok protagonis dalam video ini berjalan memasuki sebuah hutan dan menemukan sekelompok manusia berusia lanjut tanpa secarik kain sedikitpun. Apa yang coba mereka sampaikan saat ini? Inilah yang paling penting. Apakah mereka ingin memandang segala sesuatunya dalam kepolosan? Seperti sebuah kejujuran yang tak ditutup-tutupi?

The Hotelier Goodness
Tracklist:
1. N 43° 59′ 38.927″ W 71° 23′ 45.27”
2. Goodness Pt. 2
3. Piano Player
4. N 43° 33′ 55.676″ W 72° 45′ 11.914″
5. Two Deliverances
6. Settle The Scar
7. Opening Mail For My Grandmother
8. N 42° 6′ 3.001″ W 71° 55′ 3.295″
9. Soft Animal
10. Sun
11. You In This Light
12. Fear of Good
13. End of Reel

Ketika kita melihat tracklist dari album Goodness, kita dapat melihat ada tiga buah lagu yang mempunyai judul relatif menarik, dengan menggunakan koordinat yang merujuk kepada suatu tempat tertentu. Saya melakukan sebuah pencarian singkat lewat Google Earth mengenai ketiga koordinat tersebut sebelum mendengarkan album ini, hasilnya ternyata cukup di luar dugaan saya. Ketiga koordinat tersebut menunjukkan tempat yang boleh dibilang masih alami, tempat pertama menunjukkan sebuah hutan, tempat kedua menunjukkan pinggir danau, dan tempat ketiga menunjukkan sebuah tempat yang diapit oleh dua danau, West Lake dan Hylka Lake. Dugaan saya adalah album ini akan bercerita banyak mengenai alam atau jikapun tidak The Hotelier akan menggunakan alam sebagai gambaran dari pesan yang akan mereka sampaikan.

Album ini dibuka dengan sebuah puisi yang diawali oleh sebuah kalimat “We sit and we talk, not of much but of little”. Walaupun tampak tidak terlalu istimewa, tapi Christian seperti hendak membicarakan sebuah realita yang terjadi saat ini, sebuah realita tentang bagaimana manusia saling berinteraksi di jaman yang serba modern. Kalimat tersebut juga seperti sebuah contekan bagaimana Goodness akan mengalir. Tentang bagaimana album ini akan menyentuh isu-isu sensitif seperti cinta, spiritualitas, dan tragedi.

Satu yang menarik perhatian saya adalah bagaimana Christian Holden sadar dengan keberadaan kekuatan kosmik yang seringkali tidak disadari oleh orang-orang. Saat kalian melihat cover album ini, mungkin ada yang langsung mengaitkannya sebagai nudity, tapi saya percaya The Hotelier hendak mengutarakan sesuatu yang lebih besar. Seperti sebuah keterbukaan dan kesatuan dengan alam. Jika kalian mencermati lirik yang The Hotelier tulis kalian akan menemukan banyak penggunaan majas personifikasi di sini. Kepercayaan Christian Holden terhadap kehidupan bebas, tanpa paksaan, keterbukaan dan kejujuran adalah landasan utama album ini. Jujur saja, saya tidak sepenuhnya bisa memahami apa yang Christian Holden nyanyikan, lirik di album Goodness ini penuh teka-teki, sangat puitis dan penuh simbolisasi.

Album ini juga terasa seperti sebuah kesatuan, bukan hanya kumpulan lagu yang dijadikan satu. Perlu suatu lagu untuk menjelaskan lagu yang lain, contohnya ketika kita membaca bagian “You in this light feels new/woken” di puisi pembuka, kita akan langsung menemukan hubungannya dengan lagu berjudul “You In This Light” dan untungnya kedua bagian tersebut saling koheren yang membuat kecurigaan saya semakin membesar bahwa Christian Holden menyiapkan segala bagian di album ini secara detail.

Lagu paling menghantam saya adalah lagu “Opening Mail for My Grandmother”. Lagu ini seperti hendak menjelaskan bahwa pada titik tertentu kita akan kehilangan orang yang paling kita sayangi.  Lirik “They’re keeping your space there they’re dying for you / We’ll sing your good graces when they come for you / but until that day’s here I’m coming for you.” mempunyai pesan yang sangat penting untuk didengarkan oleh kita semua. Pesannya jelas bahwa kita sebaiknya menghargai saat bersama orang yang kita sayangi selama masih ada waktu untuk melakukan itu. Terdengar sangat dalam.

Sebelumnya saya ingin bercerita sedikit mengenai album ini, saya sudah menulis review ini sekitar seminggu yang lalu. Review tersebut berisi tentang mekanik dan juga hal-hal teknikal lainnya, tapi saya belum sempat menerbitkannya karena kesibukan, yang justru pada akhirnya saya syukuri. Dua hari yang lalu saya mendengarkan album ini lagi dan seketika itu juga pandangan saya mengenai album ini berubah. Menurut saya, album ini bukanlah tentang hal-hal teknis ataupun kemampuan bermusik tetapi tentang sebuah filosofi.

Album ini jelas tidak se-intens Home, Like Noplace Is There, tapi album ini sangat dalam sehingga kita bisa menemukan sesuatu baru yang kita sukai setiap kali kita mendengarkannya. Album ini adalah sebuah karya seni dan memberi kita gambaran bagaimana sebuah band mampu mencapai puncak kejeniusan dalam penulisan sebuah lirik. Album ini kaya akan emosi, menggetarkan, dan penuh misteri yang menunggu untuk ditemukan. Dengan ini, The Hotelier telah berhasil melampaui segala sesuatu yang ditawarkan oleh musik sejenis dengan rilisan yang sangat fenomenal.

Goodness adalah tentang bagaimana sebuah cinta mampu bertumbuh dalam situasi apapun, bahkan saat kita berada dalam situasi putus asa. Goodness bercerita tentang bagaimana menerima diri kita sebagai manusia yang seutuhnya. Seperti sebuah refleksi bahwa saat yang tidak menyenangkan itu pasti datang dalam satu titik kehidupan. Pesan di album ini adalah rasa sakit seperti apapun akan sebanding dengan Goodness yang kita terima. Akhirnya pilihannya ada di tangan kita, apakah kita akan menolak realita dan menyakiti diri kita terus menerus atau menerima hal itu dan mengambil hikmah yang ada di balik peristiwa tersebut.

“Goodness, present and hallowed / is thanking walls of the shallow.”

 Go listen: “Two Deliverances”, “Soft Animal”, “Opening Mail For My Grandmother”

 

About The Author

Martin K.Y

I'd love to talk mostly about music and pro wrestling, sometimes about anime and basketball, come talk.