Review: Saosin - Along The Shadow
7.9Score

Tujuh tahun lamanya kita menunggu album baru dari Saosin dan penantian lama tersebut seperti sangat sebanding. Anthony Green kembali mengisi posisi vokal yang sempat dia tinggalkan di tahun 2004 untuk membentuk Circa Survive. Berita ini jelas membuat geger anak-anak emo yang tumbuh di awal 2000an, bagaimanapun juga lagu “Seven Years” adalah salah satu lagu yang paling anthemic dan membuat kita bersemangat untuk mempunyai band emo kita sendiri. Hype yang menaungi album ini begitu besar, yang tentunya sangat berkorelasi dengan ekspektasi dari fans juga.

Saya sendiri jujur tidak begitu mengikuti Saosin di era Cove Reber. Praktis hanya “Voices” dan “You’re Not Alone” saja yang saya hapal, lainnya mungkin hanya pernah dengar saja. Hal ini nyatanya justru menjadi keuntungan bagi saya pribadi karena membuat saya bebas mendengarkan Along The Shadow secara lebih lepas. Saya tak perlu membandingkan Saosin saat ini dengan Saosin jaman Cove Reber. Hal ini menguntungkan, walaupun tak dipungkiri justru jaman Cove Reber-lah nama Saosin mencapai puncaknya.

Saosin Along The ShadowTracklist:
1. The Silver String
2. Ideology Is Theft
3. Racing Toward a Red Light
4. Second Guesses
5. Count Back From TEN
6. The Stutter Says a Lot
7. Sore Distress
8. The Secret Meaning of Freedom
9. Old Friends
10. Illusion and Control
11. Control and The Urge To Pray

Satu hal yang membuat sedikit penasaran adalah apakah Anthony Green akan membawa pengaruh Circa Survive ke album Along The Shadow? Lalu apakah keluarnya Justin Shekoski akan berpengaruh besar terhadap musik Saosin? Well, banyak pertanyaan yang menggantung dan tidak akan terjawab jika kita tidak mendengarkan Along The Shadow. Pertanyaan paling krusial jelas, apakah segala hype dan juga pengagungan emo revival itu memang setimpal dengan hasil kreativitas mereka di studio untuk mengerjakan Along The Shadow?

Sekilas album ini terdengar sedikit brutal dan membawa kenangan kita ke dekade 2000an dengan sound yang mereka tampilkan. Keputusan Saosin untuk membawakan sound yang terdengar old school adalah keputusan yang sangat baik untuk mereka. Album ini adalah bagian dari emo nostalgia bukan? Saya kira salah satu cara paling tepat untuk membangkitkan nostalgia tersebut adalah dengan membawa langsung sound yang sangat terkenal di satu dekade lalu. Saya pun langsung merasa kembali ke jaman dimana saya masih berada di bangku SMP.

Walau demikian, rasanya track opening “The Silver String” ini kurang powerful untuk membuka sebuah album yang sudah sangat ditunggu sejak awal tahun. Saya sendiri merasa “Racing Toward a Red Light” justru lebih cocok digunakan sebagai pembuka album karena lagu ini seperti memiliki urgensi untuk membawa kita langsung merasakan Along The Shadow. “Racing Toward a Red Light” sendiri merupakan salah satu track yang paling stand out di album ini, lagu ini mudah dihapalkan juga memiliki hook yang massive, yang saya kira sangat tertolong oleh kualitas suara Anthony Green sendiri.

Mendengarkan Anthony Green bernyanyi di album ini memang seperti sebuah pengalaman magis. Suaranya benar-benar kuat, penuh power dan grit, belum lagi jika kita mendengarkan range yang mampu dicapai Anthony Green. Anthony mempunyai angelic range yang kadang membuat kita merasa dunia ini memang tidak adil. Kita juga perlu mengapresiasi inovasi Anthony Green dalam melapisi vokal clean dia dengan scream yang benar-benar brutal. Saya jadi ingat, teman saya pernah bilang begini kepada saya, “Scream Anthony Green terasa pedih, seperti berdarah-darah.” Shout out to sinekdoks.com.

Album ini seperti panggung bagi Anthony Green untuk menunjukkan kualitasnya sebagai salah satu suara terbaik di skena emo. Hanya saja, beberapa kali saya juga merasa scream yang saya dengar justru overused dan terkesan dipaksakan, beberapa kali memang sedikit menyebalkan. Tapi, seiring berjalannya waktu saya mulai terbiasa dengan scream Anthony Green di Along The Shadow. Secara garis besar, saya rasa ini adalah penampilan vokal terbaik Anthony Green. Bahkan jika saya boleh keterlaluan, ini lebih baik dibandingkan penampilannya di album Blue Sky Noise milik Circa Survive.

Selain Anthony Green, kredit penuh pantas kita berikan kepada Alex Rodriguez. Drummer Saosin ini seperti kelebihan tenaga di Along The Shadow. Seperti ingin menumpahkan segala yang dia pendam selama 7 tahun dan hasilnya adalah pukulan serta isian dari Alex sangat inovatif dan memukau. Salah satu highlight dari penampilannya tentu ada di lagu “Control and The Urge To Pray”, saya tidak habis pikir lagi apa yang ada di pikiran Alex ketika dia mengisi drum di lagu ini. “Dia gila, benar-benar gila, sinting, jenius benar” itu ekspresi saya ketika saya mendengarkan isian drum di menit ke 1:54 lagu “Control and The Urge To Pray”.

Anthony Green dan Alex Rodriguez jelas adalah highlight dari album ini. Tapi tentu kita tak bisa mengesampingkan peran dari member lain seperti Beau Burchell (gitar) dan Chris Sorenson (bass). Saya sendiri jujur menyukai riff yang ditulis oleh Beau Burchell. Beberapa riff yang dia tulis sangat berpotensi untuk menghadirkan head banging masal ketika lagu tersebut dibawakan secara langsung. Meski beberapa terdengar seperti pernah dilakukan, Beau Burchell juga mempunyai momen jenius dia sendiri. Salah satu yang paling saya ingat adalah bagian bridge sebelum chorus 2 di lagu “Ideology Is Theft”, bagian itu benar-benar menyihir dan memberikan efek euforia kepada saya sendiri, terdengar manis dan juga megah.

Hal lain yang saya suka dari album ini adalah album ini dipenuhi oleh lagu-lagu yang punya potensi untuk menjadi sangat besar. Mereka juga tidak ragu untuk bereksperimen di sana, ketimbang bermain aman di jalur emo. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah pacing lagu yang kadang di luar dugaan kita. Termasuk di antaranya adalah mereka tak takut untuk menyisipkan polyrhythm, jika kalian mendengarkan “Second Guesses” kalian akan mendengar perbedaan ketukan di bagian pre-chorus. Alex Rodriguez bermain di tempo 4/4 sedangkan Beau dan Chris Sorenson bermain di tempo 3/4, bagian ini sangat menarik karena “Second Guesses” adalah lagu paling radio friendly mereka. Sebuah lagu yang sebenarnya masuk dalam ranah pop rock, tapi mereka tak takut untuk mengeksplor lagu ini menjadi sedikit berbeda.

Along The Shadow sebenarnya ditutup oleh lagu “Control and The Urge To Pray”, tapi jika kalian membeli versi Deluxe yang bisa didapatkan di iTunes, kalian akan mendapatkan sebuah permata yang bernama “Along The Shadow of Man”. Saya tak habis pikir kenapa mereka menampatkan lagu ini sebagai bonus track saja, lagu ini menurut saya akan menjadi penutup yang sangat kuat. “Along The Shadow of Man” punya segalanya, hook, instrument, dan juga atmosferik.

Album ini punya potensi longevity yang lama. Biasanya ada album yang membuat kalian langsung terpana ketika kalian mendengarnya untuk pertama kali, tapi kalian akan bosan setelah mendengarkannya sampai 10 kali atau lebih. Ada juga album yang perlu waktu untuk bertumbuh saat kalian mendengarkannya, mungkin untuk pertama kalinya kalian akan menganggapnya sangat biasa tapi setelah 10 kali atau lebih kalian akan menemukan bahwa album tersebut ternyata spesial. Along The Shadow masuk bagian yang kedua, bahkan bagi saya pribadi, album ini seperti bertumbuh sampai memaksa saya untuk tidak menjalani rutinitas tanpa mendengarkan album ini.

Tanpa berusaha menafikan Cove Reber, Saosin terdengar fenomenal bersama Anthony Green. In a nutshell, album ini adalah perpaduan yang pas antara hook ala pop dengan instrumen cadas.

Go listen: “Racing Toward a Red Light”, “The Stutter Says a Lot”, “Along The Shadow of Man”.

 

About The Author

Martin K.Y

I'd love to talk mostly about music and pro wrestling, sometimes about anime and basketball, come talk.